SELAMAT DATANG DI BLOGSPOT PRAMUKA KWARTIR RANTING 0417 KECAMATAN DEPOK - KABUPATEN SLEMAN - DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA -- AGENDA KEGIATAN : HARI KAMIS, 14 AGUSTUS 2014 PELAKSANAAN UPACARA HARI PRAMUKA DI HALAMAN KANTOR KECAMATAN DEPOK, JLN. RING ROAD UTARA CONDONG CATUR DEPOK SLEMAN"

Kamis, 14 Agustus 2014

REFLEKSI HARI PRAMUKA 14 AGUSTUS 2014


Salam Pramuka…..
Dalam rangka memperingati hari Pramuka Indonesia tanggal 14 Agustus 2014, kami akan merefleksikan kembali sejarah Pramuka dari masa ke masa, sehingga mengingatkan kembali akan sejarah bangkitnya kepanduan di Indonesia yang di namakan P R A M U K A.
A.      Masa Hindia Belanda
Salah satu saham terbesar pemuda Indonesia dalam perjuangan yaitu adanya dan berkembangnya kepanduan nasional Indonesia, ada dan berkembangnya kepanduan nasional ini berkat semangat dan dorongan untuk bersatu.
Organisasi kepanduan bermula dengan munculnya gagasan cemerlang dan menarik oleh Lord Boden-Powell Tahun 1907, dan pada tahun 1908 gagasan tersebut menyebar ke berbagai Negara termasuk Negara Belanda (Netherland) dengan nama Padvinder, gagasan itu oleh orang Belanda di bawa ke Indonesia dan oleh orang Belanda kemudian mendirikan organisasi dengan nama NPO (Nederlandsche Padvinders Organisatie) pada tahun 1912, hingga saat terjadinya perang dunia I organisasi kepanduan Hindia Belanda telah memiliki kwartir besar sehingga NPO berganti nama menjadi NIPV (Nederlands-Indische Padvinders Vereenigin) pada tahun 1916. Dan pada 1916 pula atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII mendirikan organisasi kepanduan yang diberi nama Javaansche Padvinder Organisatie di barengi munculnya bermacam-macam kepanduan antara lain JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), Padvinder Muhammadiyah.

Seiring dengan berjalannya waktu ternyata pemerintah Hindia Belanda melarang menggunakan istilah Padvindery, maka K.H. Agus Salim menggagas nama Pandu atau Kepanduan untuk mengganti istilah Padvindery, dan dengan kenyataan bahwa kepanduan senapas denga perguruan nasional maka pada tahun 1920 terjadi pergantian nama Padvinder Muhammadiya berganti menjadi Hisbul Wathon (HW), Nationale Padvinderij yang didirikan Budi Utomo, Syarikat Islam Afdeling Padvinderij kemudian diganti menjadi Syarikat islam Afdeling Pandu.
Saat itu hasrat bersatu organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI (Persaudaraan Antara Pandu Indonesia), PAPI merupakan suatu federasi dari pandu kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Namun Federasi tersebut di atas tidak dapat bertahan lama dikarenakan adanya niat fusi yang berakibat pada tahun 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh toko dari Pandu Kebangsaan, INPO dan PPS, Pandu Kebangsaan. Dan kemudian PAPI berkembang menjadi Badan Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Di antara tahun 1928 hingga 1935 bermunculan gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas agama, kepanduan yang bernapas kebangsaan diantaranya Pandu Indonesia, Panvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, Sinar Pandu Kita dan Kepanduan Rakyat Indonesia. Sedangkan yang bernapas agama antara lain Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia, Islamitische Padvinders Organisatie, Tri Darma, Kepanduan Azas Katolik Indonesia, Kepanduan Masehi Indonesia.
Pada tanggal 19 sampai 23 Juli 1941 bertempat di Yogyakarta Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) melaksanakan kegiatan “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem disingkat PERKINDO, awalnya kegiatan ini diberi nama “All Indonesian Jambore” namun rencana ini mengalami mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatannya.

B.       Masa Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, untuk menyebutkan Jepang di pakailah nama Dai Nippon, dan pada masa ini pula terjadi perang dunia II dimana bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda berhasil meninggalkan Indonesia.
Saat pendudukan Jepang, Partai dan Organisasi Rakyat Indonesia termasuk gerakan kepanduan sangat dilarang berdiri, namun upaya untuk menyelenggarakan kegiatan PERKINDO II tetap dilakukan, hal ini berkat semangat kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya, karena Pramuka merupakan suatu organisasi yang sangat menjunjung tinggi nilai persatuan, hal inilah yang membuat bangsa Jepang tidak menginginkan Pramuka lahir di bumi pertiwi.

C.       Masa Perang Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, hal ini berkat persatuan dan kesatuan serta bahu membahu mempertahankan kemerdekaan.
Sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan R.I. beberapa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta, mereka bersepakat membentuk panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia, panitia ini dibentuk dan diberi nama panitia kerja yang bertujuan untu membentuk suatu wadah organisasi kepanduan seluruh bangsa Indonesia dan menyepakati mengadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Pada tanggal 27 hingga 29 Desember 1945 panitia kerja Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia berhasil melaksanakan kongres bertempat di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia, perkumpulan ini sangat didukung oleh segenap pimpinan dan toerta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti” kemudian pemerintah Republik Indonesia mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan No. 93/ Bag. A tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh pandu rakyat Indonesia karena serbuan kembali Belanda, bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 sewaktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, Beliau gugur sebagai Pandu, Soeprapto adalah seorang patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya.
Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri, dalam keadaan seperti ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putra Indonesia, Pandu Puteri Indonesia dan Kepanduan Indonesia Muda.

D.      Masa Pasca Perang Kemerdekaan hingga 1961
Saat periode perjuangan bersenjata berakhir Pandu Rakyat Indonesia mengadakan kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20 – 22 Januari 1950, kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsep baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan untuk menghidupkan kembal bekas organisasinya masing-masing, dan sesuai dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. Tertanggal 6 September 1951       
Tentang dicabutnya pengakuan bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia kemudian dan mengakhiri keputusan PP dan K nomor 93 Bag. A tertanggal 1 Februari 1947.
Pada tanggal 16 September 1951 para wakil-wakil organisasi kepanduan mengadakan konfrensi di Jakarta, dan saat itu diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia sebagai federasi dan pada tahun 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepanduan sedunia.
Ipndo merupakan federasi untuk organisasi kepanduan Putera, sedangkan organisasi Puteri terdapat du federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia, kedua federasi pandu puteri ini pernah menyambut singgahnya Lady Baden Powell ke Indonesia dalam perjalanan ke Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.

E.       Masa 1961 hingga 1999
Sebelum masa 1961 jumlah perkumpulan kepanduan Indonesia sangat banyak sehingga hal ini membuat lemah organisasi, hal inilah menjadi prakarsa untuk meleburkan ketiga federasi tersebut menjadi satu dalam Persatuan Kepanduan Indonesia, namun sangat disayangkan yang masuk dalam federasi ini hanya berkisar 60 dari 100 organisasi kepanduan dan hanya berjumlah 500.000 anggotanya, disamping itu sebagian dari 60 organisasi kepanduan anggota PERKINDO tersebut berada di bawah organisasi politik atau organisasi massa tetap saling berhadap-hadapan berlawanan satu dengan yang lain, sehingga tetap akan melemahkan gerakan kepanduan Indonesia.  Kelemahan kepanduan Indonesia juga dimanfaatkan oleh pihak komunis sebagai alasan untuk memaksa gerakan kepanduan Indonesia menjadi Gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di negara-negara komunis.
Dari permasalahan di atas maka pada masa perintisan timbul peraturan ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana, didalam keputusan tersebut terdapat ketetapan pada pasal 330.C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila, dan pasal 741 tentang penertiban kepanduan dan pasal 349 ayat 30 tentang pendidikan kepanduan supaya di intensifkan dan menyetujui pemerintah untuk mendirikan Pramuka serta pada lampiran C Ayat 8 kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell.
Dari ketetapan di atas, memberikan kewajiban pemerintah untuk melaksanakan, karena itu Presiden/ Mandataris MPRS pada hari kamis malam,  9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia di Istana Negara, pada pertemuan ini Presiden/ Mandataris MPRS mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus di ganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka, Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K (Prof. Prijono, Menteri Pertanian (Dr. A. Azis Saleh dan menteri Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa (Achmadi) sehingga terbitlah Keppres R.I. No. 112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961 tentang Panitia pembantu pelaksana pembentukan Gerakan Pramuka. Kemudian masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka sebagai lampiran keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Dengan Keppres Nomor 238 Tahun 1961, Gerakan Kepanduan Indonesia terlahir baru dengan nama Gerakan Praja Muda Karana atau Gerakan Pramuka.
Setelah diterbitkannya Keppres Nomor 238 Tahun 1961, seluruh organisasi kepanduan melebur menjadi Gerakan Pramuka, kemudian Gerakan Pramuka berstatus non governmental (Bukan bada pemerintah) yang berbentuk kesatuan, gerakan Pramuka diselenggarakan menurut jalan aturan demokrasi. Dengan pengurus (Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Kwartir Ranting) yang akan dipilih dalam musyawarah.
Gerakan Pramuka yang didaulat sebagai satu-satunya badan di Wilayah NKRI dan tidak satu organisasi yang boleh menyerupai ini bertujuan mendidik anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat sehingga menjadi manusia Indonesia yang baik dan berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.
Prinsip-prinsip dasar metodek pendidikan kepramukaan sebagaimana dirumuskan oleh Lord Baden Powell tetap dipegang namun harus di selaraskan dan di sesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia.
Gerakan Pramuka dari tahun ke tahun membawa banyak perubahan dan mampu mengembangkan kegiatannya dan anggotanya pun meningkat pesat di kota-kota hingga di desa sehingga mendapat tanggapan positif dari masyarakat luas, hal ini tak lepas dari system Majelis Pembimbing dari tingkat nasional hingga ke tingkat Gugus Depan.
Mengingat 80% penduduk Indonesia tinggal di desa dan 75% adalah keluarga petani, maka pada tahun 1961 Kwartir Nasional menganjurkan supaya para Pramuka menyelenggakan kegiatan di bidang pembangunan masyarakat desa. Kemudian pada tahun 1966, Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional mengeluarkan instruksi bersama tentang pembentukan Satuan Karya Pramuka (Saka) Tarunabumi. Saka Tarunabumi dibentuk dan diselenggarakan khusus untuk memungkinkan adanya kegiatan Pramuka di bidang pendidikan cinta pembangunan pertanian dan pembangunan masyarakat desa secara lebih nyata dan intensif. Kegiatan Saka Tarunabumi ternyata telah membawa pembaharuan, bahkan membawa semangat untuk mengusahakan penemuan-penemuan baru (inovasi) pada pemuda desa yang selanjutnya mampu mepengaruhi seluruh masyarakat desa. Model pembentukan Saka Tarunabumi kemudian berkembang menjadi pembentukan Saka lainnya seperti Saka Dirgantara, Saka Bahari dan Saka Bhayangkara. Anggota Saka-saka tersebut terdiri dari para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang memiliki minat di bidangnya. Pramuka Siaga dan Penggalang tidak ikut dalam Saka tersebut. Para Pramuka Penegak dan Pandega yang tergabung dalam Saka menjadi instruktur di biangnya bagi adik-adik dan rekan-rekannya di gudep.
Perluasan kegiatan Gerakan Pramuka yang berkembang pesat hingga ke desa-desa, terutama kegiatan di bidang pembangunan pertanian dan masyarakat desa, dan pembentukan Saka Tarunabumi menarik perhatian badan internasional seperti FAO, UNICEF, UNESCO, ILO dan Boys Scout World Bureau.

F.        Masa 1999 hingga sekarang
Dari tahun ke tahun perkembangan Gerakan Pramuka semakin pesat, kegiatannya pun semakin berkembang seiring dengan perkembangan politik di negara kita mengalami perubahan, dengan adanya reformasi turut mempengaruhi perkembangan masyarakat secara menyeluruh.  Sehingga terjadi juga beberapa perubahan antara lain pada tahun 2003 di Jakarta untuk pertama kalinya pemilihan Ka Kwarnas dengan pemilihan langsung oleh Kwartir Daerah pada MUNAS, kemudian pelaksanaan Revitatilasi Gerakan Pramuka oleh Presiden R.I sekalu Ka. Mabinas, diresmikannya beberapa Satuan Karya antara lain Saka Wirakartika, dan di sahkannya UU Kepramukaan.

Demikian refleksi dalam rangka Hari Pramuka Indonesia 14 Agustus 2014, berikut inti dari kelahiran Gerakan Pramuka sebagai berikut :
1.      Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA.
2.      Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
3.      Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
4.      Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

"DIRGAHAYU PRAMUKA INDONESIA KE 53" 
 MANTAPKAN PEMBENTUKAN KARAKTER KAUM MUDA MELALUI GUGUS DEPAN TERAKREDITASI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar